Bali, sebuah pulau kecil di wilayah kepulauan Nusantara memiliki
berbagai hal unik terutama yang terkait dengan tradisi dan
kebudayaannya. Tradisi dan budaya pulau Dewata ini merupakan aspek yang
menarik untuk dipelajari dan dipahami. Hal ini yang mungkin menjadi daya tarik
tersendiri yang mampu mendatangkan wisatawan dari berbagai negara untuk
menghabiskan masa liburannya. Daya tarik seni budaya yang dibalut dalam
kekuatan magis pulau Bali menjadikan beberapa orang dari luar negeri
tinggal menetap di pulau kecil ini dan.
Mungkin mereka merasa nyaman dan damai tinggal di pulau Bali. Selain untuk mempelajari seni dan budaya masyarakat Bali, beberapa orang dari luar daerah juga datang ke pulau ini untuk melihat kebiasaan hidup masyarakat Bali yang didasari atas kepercayaan agama Hindunya. Setiap wilayah desa di pulau Bali ternyata memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sedikit agak berbeda satu dengan lainnya, hal ini mungkin disebabkan prinsip pelaksanaan agama dan kebudayaannya yang disesuaikan dengan Desa, Kala, Patra (tempat, waktu, dan keadaan). Ada tiga kebiasaan unik yang secara umum berlaku dalam kehidupan masyarakat Bali, yaitu :
Mungkin mereka merasa nyaman dan damai tinggal di pulau Bali. Selain untuk mempelajari seni dan budaya masyarakat Bali, beberapa orang dari luar daerah juga datang ke pulau ini untuk melihat kebiasaan hidup masyarakat Bali yang didasari atas kepercayaan agama Hindunya. Setiap wilayah desa di pulau Bali ternyata memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sedikit agak berbeda satu dengan lainnya, hal ini mungkin disebabkan prinsip pelaksanaan agama dan kebudayaannya yang disesuaikan dengan Desa, Kala, Patra (tempat, waktu, dan keadaan). Ada tiga kebiasaan unik yang secara umum berlaku dalam kehidupan masyarakat Bali, yaitu :
1. Ngejot atau Mesaiban
Ngejot/mesaiban atau dalam bahasa Sansekerta dikenal dengan istilah Yadnya Sesa
merupakan kegiatan ritual sehari-hari masyarakat Bali sebelum menyantap
makanan yang telah dimasak. Ngejot biasanya dilakukan pada pagi hari
ketika kegiatan masak telah selesai dilakukan. Ngejot artinya
menghaturkan makanan dalam porsi sangat kecil kepada para Dewa Dewi yang
diletakkan di sanggah (pura). Apa yang dimasak hari itu, itulah yang
dihaturkan, kadang kala adapula sebagian orang Bali yang menghaturkan cukup dengan nasi putih dan saur(kelapa yang sudah diparut dicampur bahan pewarna kuning umumnya dari Kunyit yang sudah di goreng). Dalam ritual ngejot/mesaiban, hal yang pertama dipersiapkan adalah
potongan-potongan daun pisang (atau juga kertas) yang berukuran sekitar 5
x 5 cm. Di atas potongan-potongan daun tersebut diisi beberapa biji
nasi dan sayuran yang dimasak pada hari itu. Kemudian sajian itu
diletakkan / dihaturkan di sanggah-sanggah (pura) yang bertujuan sebagai
ungkapan rasa terimakasih kepada para Dewa – Dewi (Tuhan) sekaligus
permohonan maaf dan meminta agar makanan yang akan disantap oleh anggota
keluarga dibebaskan dari dosa. Kenapa makanan itu mengandung dosa?
Karena saat kita memasak, mungkin ada semut, hewan kecil atau bakteri
yang mati ketika kita memasak makanan tersebut. Inilah yang harus
disucikan, dan berharap agar roh-roh mereka bisa berinkarnasi kembali
menjadi mahluk yang lebih tinggi derajatnya. Selain dipersembahkan
kepada Tuhan (melalui para Dewa – Dewi), ngejot juga dihaturkan kepada
para leluhur yang telah meninggal. Hal ini bertujuan agar kita selalu
mendapat restu dari para leluhur. Ada juga beberapa orang Bali yang
ngejot pada tempat-tempat keramat yang dipercaya sebagai tempat tinggal
mahkluk halus (jin,dedemit, setan, buta khala, dan sejenisnya). Apakah
mereka makan nasi? Tidak!!! Ngejot itu bagi para mahluk gaib adalah
simbol jalinan penghormatan dan persahabatan dari manusia dengan tujuan
agar mereka tidak mengganggu kehidupan manusia, sehingga akan tercipta
suasana yang damai dan harmonis. Lalu mengapa manusia harus menghormati
mereka? Bukankah mereka mahluk yang dibenci Tuhan dan dianggap sebagai
musuh Tuhan? Tuhan tidak pernah memben'ci ciptaan-Nya, dan Tuhan Yang
Maha Sakti tidak pernah mempunyai musuh. Menurut penuturan tetua-tetua
Bali yang bisa memasuki alam mereka, mereka juga memuja Tuhan dengan
cara mereka sendiri. Mungkin habungan manusia dengan Tuhan, sesama
manusia, dan juga kepada alam inilah sebagai salah satu penyebab di
pulau Bali penuh kedamaian dan keharmonisan.
2. Kebiasaan Ketika Bertamu
Ketika kita bertamu ke rumah orang lain, tentu kita akan disuguhkan
dengan berbagai hidangan, salah satunya adalah minuman. Kebiasaan orang
Bali (terutama masyarakat pedesaan) ketika mendapat suguhan minuman
(kopi, teh, es) saat bertamu adalah menjatuhkan beberapa tetes minuman
ke tanah (ibu pertiwi). Tujuannya adalah selain sebagai bentuk
penghormatan kepada Ibu Pertiwi, juga sebagai cara untuk menghindari
serangan ilmu hitam (cetik) yang mungkin dikirimkan oleh orang-orang
yang merasa iri dengan kita atau orang-orang yang merasa tidak senang
dengan si Tuan Rumah. Kata beberapa tetua, itulah salah satu cara yang
ampuh menghindari ilmu hitam berupa cetik yang bisa dikirimkan oleh seseorang melalui perantara minuman ato makanan.
3. Ngumpinin
Ngumpinin
berasal dari kata Kumpi yang artinya Cicit. Ngumpinin adalah kebiasaan
orang tua Bali yang sudah menjadi cicit. Apa yang dilakukan? Ketika ada
seorang bayi lahir dari kerabatnya, maka Si Kakek atau Nenek yang secara
hirarki telah menjadi cicit harus memberikan sejumlah uang untuk
diberikan kepada bayi tersebut. Dan menorehkan inang sirih di kening si
bayi. Tujuannya adalah agar ketika Si Kakek / Nenek men'inggal nanti
akan mendapat jalan yang terang (tidak tersesat) menuju ke alam Baka.
Doa yang diucapkan oleh cicit – cicit akan menjadi penuntun jalan bagi
si kakek / nenek di alam kema'tian. Namun, sayangnya kebiasaan ini
nampaknya mulai memudar. Hal ini mungkin disebabkan karena banyak orang
di zaman sekarang yang umurnya tidak mencapai ratusan (artinya belum
punya cicit sudah men'inggal) dan sudah tidak ada lagi kebiasaan makan
inang / sirih dalam generasi sekarang karena sudah digantikan dengan
pasta gigi.
disadur dari blog seorang teman yg gemar menulis dan membaca.... om pt Surya,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar